Apa kabar generasi pembelajar? Semoga selalu dalam keadaan sehat dan tetap semangat untuk terus belajar. Berbicara masalah belajar, tentu juga membicarakan persoalan bagaimana cara belajar yang baik? Bagi sebagian orang yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, mungkin cara belajar bukan menjadi masalah. Karena bagi mereka menggunakan cara apapun dalam belajar, materi yang dipelajari mungkin akan sangat mudah untuk serap. Tetapi bagi sebagian orang, megetahui cara belajar yang sesuai dengan kemapuan daya serap, tentu sakan sangat penting untuk mengetahui cara-cara belajar yang baik.
Pada posting kali ini, yang akan diulas adalah beberapa cara-cara belajar yang baik yang dikemukakan oleh Dr. Rudolf Pintner. Beliau mengungkapkan terdapat 10 macam metode belajar, yaitu sebagai berikut.
1. Metode Seluruh Kepada Bagian (Whole to Part Method)
Dalam mempelajari sesuatu dimulai dahulu dari keseluruhannya kemudian mendetail. Misalnya, saat mempelajari sebuah buku, mula-mula memperhatikan isi buku tersebut, lalu urutan bab-babnya dan subbab masing-masing . Metode ini berasal dari pendapat psikologi Gestalt.
2. Metode Keseluruhan Lawan Bagian (Whole Versus Part Method)
Untuk bahan-bahan pelajaran yang lingkupnya tidak terlalu luas, tepat dipergunakan metode ini seperti menghafal syair, membaca buku cerita pendek, mempelajari unit-unit pelajaran tertentu, dan sebagainya.
3. Metode Campuran Antara Keseluruhan dan Bagian (Mediating Method)
Metode ini baik digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang lingkupnya sangat luas atau yang terlalu sukar. Misalnya, tata buku.
4. Metode Resitasi (Recitation Method)
Resitasi dalam hal ini berarti mengulangi atau mengucapkan kembali mengenai sesuatu yang telah dipelajari. Metode ini dapat digunakan untuk semua bahan pelajaran yang bersifat verbal maupun nonverbal.
5. Jangka Waktu Belajar (Length Of Practice Periods)
Berdasarkan hasil eksperimen, ternyata bahwa jangka waktu (periode) belajar yang produktif seperti menghafal, mengetik, mengerjakan soal hitungan, dan sebagainya adalah 20 - 3- menit. Jangka waktu yang lebih dari 30 menit untuk belajar yang benar-benar memerlukan konsentrasi perhatian relatif kurang atau tidak produktif. Jangka waktu tersebut tidka berlaku pada mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ilmu Fisika, dan sebagainya.
6. Pembagian Waktu Belajar (Distribution of Practice Periods)
Belajar yang dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan tanpa istirahat terbukti tidak efektif dan efesien. Oleh karena itu, belajar yang produktif diperlukan adanya waktu belajar. Menurut "hukum Jost", 30 menit dua kali sehari selama enam hari lebih baik dan produktif daripada sekali belajar selama enam jam tanpa henti.
7. Membatasi Kelupaan (Counteract Forgetting)
Agar pelajaran yang telah dipelajari tidak mudah lupa, perlu adanya ulangan atau review pada waktu-waktu tertentu. Hal ini berguna untuk menunjau atau mengingatkan kembali bahan yang dipelajari.
8. Menghafal (Cramming)
Metode ini berguna terutama jika tujuanya untuk menguasai dan memproduksi kembali dengan cepat bahan-bahan pelajaran yang luas atau banyak dalam waktu yang relatif singkat. Namun, metode ini sebenarnya kurang baik karena hasilnya lekas dilupakan setelah ujian selesai.
9. Kecepatan Belajar dalam Hubungannya dengan Ingatan
Pada metode ini, terdapat korelasi negatif antara kecepatan memperoleh suatu pengetahuan dan daya ingatan terhadap pengetahuan itu. Metode ini lebih cocok untuk bahan pelajaran yang kurang mempunyai arti. Untuk bahan-bahan pelajaran lain, tidak dapat dipastikan kebenarannya karena adanya bermacam-macam faktor yang telah diuraikan sebelumnya.
10. Retroactive Inhibition
Di dalam diri seseorang yang telah dimiliki berbagai pengetahuan seolah-olah merupakan unit-unit yang selalu berkaitan satu sama lain, bahkan sering pula satu mendesak atau menghambat yang lain. Proses seperti ini di dalam psikologi disebut retroactive inhibition. Inhibition berarti larangan atau penolakan. Jadi, saat terjadinya proses berpikir , terjadi penolakan atau penahanan dari unit pengetahuan tertentu terhadap unit yang lain sehingga terjadi kesalahan berpikir. Retroaktive inhibition dapat terjadi baik pada pelajaran yang bersifat verbal, seperti Sejarah, Bahasa, Ilmu Ekonomi, dan sebagainya. Selain itu, pelajaran non-verbal, seperti Mengetik, Piano, Tenis, dan lain-lain. Untuk menghindari tidak terjadinya retroactive inhibition, disarankan untuk tidak mencampuradukkan beberapa mata pelajaran yang dipelajari dalam satu waktu sekaligus.
Demikian sepeluh cara-cara belajar yang baik, yang dapat diulas pada kesempatan kali ini. Semoga artikel pendidikan ini dapat bermanfaat.
Sumber :
Belajar dan Pembelajaran (Muhammad Thobroni & Arif Mustofa)
Belajar yang dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan tanpa istirahat terbukti tidak efektif dan efesien. Oleh karena itu, belajar yang produktif diperlukan adanya waktu belajar. Menurut "hukum Jost", 30 menit dua kali sehari selama enam hari lebih baik dan produktif daripada sekali belajar selama enam jam tanpa henti.
7. Membatasi Kelupaan (Counteract Forgetting)
Agar pelajaran yang telah dipelajari tidak mudah lupa, perlu adanya ulangan atau review pada waktu-waktu tertentu. Hal ini berguna untuk menunjau atau mengingatkan kembali bahan yang dipelajari.
8. Menghafal (Cramming)
Metode ini berguna terutama jika tujuanya untuk menguasai dan memproduksi kembali dengan cepat bahan-bahan pelajaran yang luas atau banyak dalam waktu yang relatif singkat. Namun, metode ini sebenarnya kurang baik karena hasilnya lekas dilupakan setelah ujian selesai.
9. Kecepatan Belajar dalam Hubungannya dengan Ingatan
Pada metode ini, terdapat korelasi negatif antara kecepatan memperoleh suatu pengetahuan dan daya ingatan terhadap pengetahuan itu. Metode ini lebih cocok untuk bahan pelajaran yang kurang mempunyai arti. Untuk bahan-bahan pelajaran lain, tidak dapat dipastikan kebenarannya karena adanya bermacam-macam faktor yang telah diuraikan sebelumnya.
10. Retroactive Inhibition
Di dalam diri seseorang yang telah dimiliki berbagai pengetahuan seolah-olah merupakan unit-unit yang selalu berkaitan satu sama lain, bahkan sering pula satu mendesak atau menghambat yang lain. Proses seperti ini di dalam psikologi disebut retroactive inhibition. Inhibition berarti larangan atau penolakan. Jadi, saat terjadinya proses berpikir , terjadi penolakan atau penahanan dari unit pengetahuan tertentu terhadap unit yang lain sehingga terjadi kesalahan berpikir. Retroaktive inhibition dapat terjadi baik pada pelajaran yang bersifat verbal, seperti Sejarah, Bahasa, Ilmu Ekonomi, dan sebagainya. Selain itu, pelajaran non-verbal, seperti Mengetik, Piano, Tenis, dan lain-lain. Untuk menghindari tidak terjadinya retroactive inhibition, disarankan untuk tidak mencampuradukkan beberapa mata pelajaran yang dipelajari dalam satu waktu sekaligus.
Demikian sepeluh cara-cara belajar yang baik, yang dapat diulas pada kesempatan kali ini. Semoga artikel pendidikan ini dapat bermanfaat.
Sumber :
Belajar dan Pembelajaran (Muhammad Thobroni & Arif Mustofa)
Post a Comment