Home » » Frase, Klausa, dan Kalimat

Frase, Klausa, dan Kalimat

Written By ADMIN on Monday, 20 July 2015 | 11:24

Frase
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi.
Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu 
  • Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
  • Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
Macam-macam frase, antara lain:
A.  Frase Endosentrik
     Frase endosentrik  adalah  frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu: 
1.  Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya:  kakek-nenek                         pembinaan dan pengembangan
                  laki bini                                belajar atau bekerja

2.  Frase endosentrik  yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya:   perjalanan panjang
                   hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.

3.  Frase endosentrik yang apositif yaitu frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
     Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
     Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
     Susi, …., sangat pandai.
     …., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
B.  Frase Eksosentrik
      Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
                        Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
                        Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas

C.  Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan

      1.  Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
                Misalnya: baju baru, rumah sakit
      2.  Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
                Misalnya: akan berlayar
      3.  Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
                Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
      4.  Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
                Misalnya: tadi pagi, besok sore
      5.  Frase Depan: frase yang terdiri  dari  kata  depan  sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase 
                sebagai  aksinnya.
                Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
D.   Frase Ambigu
       Frase  ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1.   Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2.   Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
Klausa
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Misalnya: banyak orang mengatakan.
Unsur inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1.   Berdasarkan unsur intinya
2.   Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat
3.   Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat
Kalimat 
Pengertian
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
       Contoh: Ayah membaca koran di teras belakang.

Pola-pola kalimat
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu.
1.  Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
     Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.
     Pola kalimat I disebut kalimat ”verbal”
2.  Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
     Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
     Pola kalimat II disebut pola kalimat ”atributif”
3.  Pola kalimat III = kata benda-kata benda
     Contoh: Bapak pengarang. Paman Guru
     Pola pikir kalimat III disebut   kalimat  nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung 
     kata kerja bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.
4.  Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial
     Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
     Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial
Jenis Kalimat
1.  Kalimat Tunggal
     Kalimat  tunggal adalah  kalimat  yang  hanya  terdiri  atas  dua   unsur   inti  pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.

Kalimat Tunggal                                                        Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok.                                                                          S-P
Adik minum susu.                                                                   S-P-O
Ibu menyimpan uang di dalam laci.                                      S-P-O-K

2.  Kalimat Majemuk
     Kalimat   majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a.  Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya:   Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)
b.  Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya:   Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1)   Kalimat majemuk setara
     Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
  • Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya. Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
  • Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun. Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
  • Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan. Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.

2)   Kalimat majemuk bertingkat
     Kalimat   majemuk  yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a.   Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
      Misalnya:       Diakuinya  hal itu
                                    P             S
                      Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
                       anak kalimat pengganti subjek
b.   Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
      Misalnya:       Katanya begitu
                      Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
                       anak kalimat pengganti predikat
c.   Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
      Misalnya:       Mereka sudah mengetahui hal itu.
                                S             P                             O
                        Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
                         anak kalimat pengganti objek
d.   Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
      Misalnya:       Ayah pulang malam hari
                                S        P             K
                       Ayah pulang ketika kami makan malam
                        anak kalimat pengganti keterangan

3)   Kalimat majemuk campuran
     Kalimat majemuk campuran adalah    kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Mampir Doelu - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger