Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
Ada beberapa tantangan internal yang menjadi rasionalitas dalam pengembangan Kurikulum 2013, sebagai berikut.
- Pemenuhan 8 (delapan) Standa Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan.
- Perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya. Namun, apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban pembangunan.
Tantangan Eksternal
Dalam menghadapi tantangan eksternal juga terdapat tantangan-tantangan berikut.
- Tantangan masa depan antara lain globalisasi, kemajuan teknologi informasi.
- Kompetensi masa depan antara lain kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk megerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, dan memiliki kesiapan untuk bekerja.
- Persepsi masyarakat antara lain terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter.
- Perkembangan pengetahuan dan pedagogi antara lain Neurologi, Psikologi, Observation, Based (Discovery) learning dan Collaborative Learning.
- Fenomena negatif antara lain perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, dan kecurangan dalam ujian (contek, kerepek)
Penyempurnaan Pola Pikir
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir dalam proses pembelajaran sebagai berikut ini.
- Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa.
- Dari satu arah menuju interaktif.
- Dari isolasi menuju lingkungan jejaring.
- Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.
- Dari maya/abstraks menuju konteks dunia nyata.
- Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.
- Dari luas menuju prilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan.
- Dari stimulasi rasa tunggak menuju stimulasi ke segala penjuru.
- Dari alat tunggal menuju alat multimedia.
- Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.
- Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan.
- Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
- Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.
- Dari pemikiran faktual menuju kritis.
- Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Penyusunan Kurikulum 2013 dimulai dengan menetapkan standar kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru.
Pendalaman dan Perluasan Materi
Berdasarkan analisis hasi PISA 2009, ditemukan bahwa dari 6 (enam) level kemampuan yang dirumuskan di dalam studi PISA (Programme Internatunale for Student Assesment), hampir semua peserta didik Indonesia hanya mampu menguasai pelajaran sampai level tiga saja, sementara negara lainyang terlibat di dalam studi ini banyak yang mencapai level 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam).
Analisis hasil TIMSS tahun 2007 da 2011 di bidang matematikan dan IPA untuk peserta didik kelas 2 SMP juga meunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk bidang Matematika, lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai level menengah, sementara misalnya di Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu mencapai level tinggi dan advance.
Untuk bidang IPA, pencapaian peserta didk kelas 2 SMP juga tidak jauh berbeda dengan pencapaian yang mereka peroleh untuk bidang matematika. Hasil studi pada tahun 2007 dan 2011 menunjukkan bahwa lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai level menengah, sementara hampir 40% peserta didik Taiwan mampu mencapai level tinggi dan lanjut (advanced).
Hasil studi Internasional untuk reading dan literacy (PIRLS) yang ditujukan untuk kelas IV SD juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi untuk tingkat SMP seperti yang dipaparkan terdahulu. Dalam hal membaca, lebih dari 95% peserta didik Indonesia di SD kelas IV juga hanya mampu mencapai level menengah, sementara lebih dari 50% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advanced.
Hasil analisis lebih jauh untuk studi TIMSS dan PIRLS menunjukkan bahwa soal-soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dibagi menjadi empat kategori yaitu:
- Low mengukur kemampuan sampai level knowing.
- Intermediated mengukur kemampuan sampai level applying.
- High mengukur kemampuan sampai level reasoning.
- Advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with incomplete information.
Dalam kaitan itu, perlu dilakukan langkah penguatan materi dengan mengevaluasi ulang ruang lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi peserta didik, mempertahankan materi yang sesuai dengn kebutuhan peserta didik, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional.
+ komentar + 1 komentar
maksih ngeh dah banyak membantu makalahnya
Post a Comment